
Sabtu, 18 Desember 2010
Indonesia di IJSO 2010

by
Galih Pradipto Wisnujati
2
comment
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook

Label:
Science
Richard Akira Heru Raih Emas IJSO 2010

International Junior Science Olympiad adalah ajang kompetisi tahunan bidang ilmu pengetahuan alam, memcakup mata pelajaran Fisika, Biologi, Kimia, dan Matematika usia 15 tahun atau setingkat SMP.
by
Galih Pradipto Wisnujati
0
comment
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook

Label:
Science
Senin, 13 Desember 2010
Indonesia di IBO 2010

by
Galih Pradipto Wisnujati
0
comment
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook

4 emas, 1 perak di IPhO 2010
Siswa-siswa Indonesia kembali mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. Lima siswa Indonesia meraih 4 medali emas dan 1 perak dalam Olimpiade Fisika Internasional (IPhO) ke 41 yang diadakan di Zagreb Croatia.

Kelima anak yang dikomandani oleh Hendra Kwee Ph.D ini adalah:

Kelima anak yang dikomandani oleh Hendra Kwee Ph.D ini adalah:
by
Galih Pradipto Wisnujati
1 comment
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook

Sabtu, 27 November 2010
Indonesia kehilangan anak JENIUS
Sungguh malang sekali nasib orang-orang pintar di Indonesia…
Coba aja simak salah 1 cerita lagi mengenai nasib orang pintar seperti diberitakan di harian Tempo, 23 Mei 2010
Menjadi jawara Olimpiade Fisika di tingkat Asia rupanya tak otomatis bisa menikmati beasiswa untuk kuliah di perguruan tinggi terbaik di negeri ini. Pengalaman getir pada tahun lalu itu dialami Hendra Kwee, 30 tahun. Sebagai pembina di Yayasan Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI), ia bermaksud membantu anak asuhannya agar bisa mendapatkan beasiswa di Institut Teknologi Bandung.
Namun Hendra hanya bisa terbengong-bengong ketika seorang pejabat Kementerian Pendidikan Nasional meminta agar si pelajar itu kuliah dulu, baru kemudian mengajukan beasiswa. “Kemampuan anak-anak jenius ini sungguh tak dihargai,” kata doktor fisika dari College of William and Mary, Virginia, Amerika Serikat, itu saat ditemui di kantor Yayasan TOFI, Rabu lalu.
Coba aja simak salah 1 cerita lagi mengenai nasib orang pintar seperti diberitakan di harian Tempo, 23 Mei 2010
Menjadi jawara Olimpiade Fisika di tingkat Asia rupanya tak otomatis bisa menikmati beasiswa untuk kuliah di perguruan tinggi terbaik di negeri ini. Pengalaman getir pada tahun lalu itu dialami Hendra Kwee, 30 tahun. Sebagai pembina di Yayasan Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI), ia bermaksud membantu anak asuhannya agar bisa mendapatkan beasiswa di Institut Teknologi Bandung.
Namun Hendra hanya bisa terbengong-bengong ketika seorang pejabat Kementerian Pendidikan Nasional meminta agar si pelajar itu kuliah dulu, baru kemudian mengajukan beasiswa. “Kemampuan anak-anak jenius ini sungguh tak dihargai,” kata doktor fisika dari College of William and Mary, Virginia, Amerika Serikat, itu saat ditemui di kantor Yayasan TOFI, Rabu lalu.
by
Galih Pradipto Wisnujati
1 comment
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook

Label:
Science